Pemilihan Kepala Daerah masih akan dihelat beberapa bulan lagi, dan saat inipun pihak penyelenggara KPUD belum memngumumkan pasangan calon yang akan resmi berkompetisi memperebutkan kursi Kepala Daerah baik Gubernur dan wakil Gubernur maupun Bupati/walikota. Namun demikian, pertarungan sudah terasa diantara pasangan bakal calon. Di Jawa Timur dinamika pilkada mulai memasuki suhu panas, pasangan Gus Ipul dan Puti berhadapan dengan Khofifah dan Emil Dardak semakin gencar memasang strategi untuk menarik melakukan kampanye.
Keterlibatan artis sepertinya masih diyakini dapat menjadi magnet untuk meraih suara dalam perhelatan Pilkada serentak, penyanyi dangdut yang merupakan artis yang paling laris untuk mengumpulkan massa dalam jumlah yang besar. Hal ini karena penyanyi dangdut terutama di Jawa Timur saat ini merupakan artis dengan penggemar paling besar. Seperti yang dilakukan oleh Gus Ipul yang melibatkan dua penyanyi dangdut yang menjadi primadona warga jawa timur, yaitu Via Vallen dan Nella Kharisma . Dua penyanyi dangdut ini merupakan penyanyi yang lagi laris manis dengan lagu-lagu dangdut koplo, yang banyak disukai warga jatim dari berbagai usia baik muda dan tua bahkan anak-anak juga banyak yang hafal lagu-lagu yang dibawakannya.
Bukan tanpa alasan sebenarnya kenapa pasangan calon banyak tertarik untuk menggunakan artis dalam usaha meraup suara pemilih, karena artis atau selebriti apalagi yang sudah terkenal pasti memiliki penggemar yang sangat banyak. Penyanyi dangdut sangat menarik pasangan calon peserta pilkada karena lagu-lagu dangdut itu terkesan merakyat dan dinikmati semua kalangan yang merupakan pemilih terbesar. Seperti halnya Via Vallen dan Nila Kharisma yang sering menyanyikan lagu-lagu dangdut koplo dengan lirik bahasa jawa campuran bahasan Indonesia sangat menarik bagi masyarakat Jawa Timur. Via vallen dan Nella Kharisma memiliki pengikut atau fans fanatik mencapai jutaan dan inilah yang dilirik oleh Gus Ipul.
Meskipun, diyakini dapat mengaet pemilih dalam Pilkada namun penggunaan artis atau penyanyi dangdut dalam pemilihan kepala daerah dianggap sebagai langkah yang panik dan menyalahi esensi politik sebagaimana penilaian yang disampaikan oleh pengamat politik Unpad Muradi. Penggunaan artis sebagai strategi pemenangan Pilkada bukan pendidikan politik yang baik. Kampanye yang efektif adalah dengan mendekatkan diri dengan masyarakat, menyampaikan visi dan misi. Karena sebenarnya penggunaan artis itu hanya pemanis dan pendukung saja untuk menggalang massa yang belum tentu menjadi pemilih pada saat di TPS.
Selain, itu penggunaan artis juga membutuhkan biaya yang sangat mahal terutama untuk biaya honor sang artis. Biaya untuk sekali event bisa sampai Rp. 500 juta sekelas Via Vallen, dan rata-rata artis dangdut bisa mengantongi penghasilan Rp. 1 miliar dalam event Pilkada, hal ini karena artis harus mengikuti jadwal kampanye dengan kontrak khusus. Nah, inilah salah satu yang menyebabkan mengapa biaya kampanye Pilkada cukup besar dan juga belum tentu efektif untuk mengaet pemilih kecuali hanya untuk mengumpulkan massa pada saat kampanye terbuka. Karena sebenarnya dalam Pilkada yang dipilih itu calonnya bukan artis, biasanya masyarakat tertarik hadir dalam kampanye karena memang ada artis idola, meskipun dia tidak akan memilih calon tersebut.
0 Response to "Penyanyi Dangdut Menjadi Magnet Mengumpulkan Massa dalam Pilkada"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.